Jakarta, Mediaprospek.com – Hingga kini sudah 44 orang yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum, Banjarmasin, Kalimantan Selatan dengan terapi yang berbeda-beda.
Terkait, kasus dugaan mabuk kecubung ini, melalui pesan singkatnya, Jumat (12/7/2024), dr Hari Nugroho dari Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience (IMAN) mengatakan faktor keselamatan diri adalah hal utama.
“Kebanyakan sih bukan masuk kategori adiksi atau kecanduan, tapi dirawat karena gejala gangguan psikiatrinya menonjol,” jelas laki-laki yang menempuh pendidikan di King’s College London tersebut.
“Jadi, kebanyakan memang menangani kegawatdarutannya, termasuk gawat darurat psikiatri seperti melukai diri sendiri atau kecenderungan bunuh diri,” lanjutnya.
Selain perawatan gangguan psikiatri, ada juga terapi gangguan fisik yang muncul akibat mabuk kecubung. Karena itu, tiap pasien mendapatkan treatment yang berbeda-beda.
Ditanya soal seberapa banyak kecubung yang harus dikonsumsi untuk membuat pemakannya mabuk, dr Hari menjelaskan bahwa tiap orang punya toleransi yang berbeda.
Apalagi jika orang tersebut adalah pengguna naive atau tidak pernah pakai sebelumnya, akan lebih mudah untuk membuatnya merasakan efek.
“Ini (pengguna naive) lebih rentan untuk mengalami intoksikasi,” jelasnya.
Untuk bagian apa yang biasanya digunakan untuk mabuk kecubung, dr Hari menyebut buahnya. Adapun penyalahgunaan kecubung untuk pesta banyak ragamnya, salah satunya dijadikan cocktailing.
“Iya, bisa juga dia cocktailing, jadi sambil minum alkohol atau dicampur dengan narkoba atau zat lain,” tandasnya.
(mzr/dtc)