Washington, DC, Mediaprospek.com – Akhirnya, penantang Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden pada Minggu (21/7/2024) mengumumkan, pengunduran diri dari pencalonan Presiden AS 2024.
Boleh dibilang, keputusan Biden tersebut mengagetkan, pasalnya belakangan ini ia terus bersikeras akan maju dalam Pilpres AS 2024.
Apalagi, pengunduran diri calon presiden dari Partai Demokrat di menit-menit terakhir belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah pemilihan umum modern di AS, dan menjadi sebuah langkah yang berisiko tinggi.
Maka peta perpolitikan dan aturan pemilu di negara adidaya ini tentu mengalami perubahan, yakni untuk menunjuk canon resmi, delegasi dari seluruh 50 negara bagian menghadiri konvensi pencalonan musim panas partai.
Mereka kemudian akan secara resmi melantik kandidat berdasarkan pemungutan suara pendahuluan. Biden dengan telak memenangkan pemilihan pendahuluan sebelumnya, dan sekitar 3.900 delegasi partai yang akan menghadiri konvensi di Chicago bulan Agustus ini sangat terikat padanya.
Dengan keluarnya Biden, para delegasi harus mencari penggantinya. Hal ini membawa politik AS kembali ke masa lalu, ketika para bos partai berebut untuk memilih calon melalui kesepakatan di ruang belakang yang “dipenuhi asap” dan putaran pemungutan suara yang tak ada habisnya.
Di masa lalu, pada 31 Maret 1968, presiden Lyndon Johnson tercatat pernah membuat pengumuman mengejutkan di tengah-tengah Perang Vietnam bahwa ia tidak akan mencalonkan diri kembali.
Langkah ini mengubah konvensi tahun itu, juga di Chicago, menjadi krisis politik dengan para pengunjuk rasa di jalan-jalan dan delegasi sayap kiri yang marah atas sikap pro-perang dari kandidat yang dipilih partai, Hubert Humphrey.
Setelah bencana itu, negara-negara bagian lebih banyak menggunakan proses pemilihan pendahuluan dan konvensi telah menjadi urusan yang sudah diketahui sebelumnya karena ditentukan oleh pemilihan pendahuluan.
Terkini, siapa yang mungkin akan gantikan Biden? Banyak pihak telah memperkirakan bahwa Kamala Harris menjadi sosok yang paling tepat untuk menggantikan Biden maju dalam Pilpres AS.
Kamala Harris adalah pasangan Biden pada Pilpres AS 2020 yang kini menjadi Wakil Presiden. Biden Sendiri mendukungnya pada Minggu saat ia mengumumkan akan mundur.
Diutus untuk memadamkan api setelah penampilan presiden dari Partai Demokrat yang kurang bersemangat dalam debat, Kamala Harris mengakui Biden “lambat untuk memulai” melawan Trump tetapi “menyelesaikannya dengan kuat”.
Jika tidak, salah satu dari sejumlah politisi Demokrat yang kuat -Gubernur Gavin Newsom dari California, Gretchen Whitmer dari Michigan, dan Josh Shapiro dari Pennsylvania telah disebutkan- mungkin akan dipanggil.
Dengan mundurnya Biden, mungkinkah muncul calon kuat dari partai ketiga?
Sebagaimana dilansir AFP, sejauh ini, tidak ada kandidat independen yang menimbulkan bahaya bagi sistem dua partai yang dominan di Amerika Serikat.
Meski begitu, pada 1992, miliarder Texas, Ross Perot, yang mencalonkan diri sebagai calon independen, berhasil memenangkan hampir 19 persen suara populer.
Namun pada akhirnya, karena cara kerja sistem pemilu di negara ini, ia tidak mendapatkan satu pun suara yang paling penting, yaitu suara dari 538 anggota Electoral College yang pada akhirnya menentukan siapa yang akan menjadi presiden.
(mzr/kcm)