Handil Bakti, mediaprospek.com – Angin malam yang berembus lembut seakan membawa berkah tersendiri di Langgar Nurul Hijrah, Komplek Subur Bastari dan Komplek Keruwing Indah, Handil Bakti malam ini, Kamis, (31/7/25). Sekitar 50 jamaah termasuk Ibu-ibu, menyimak lantunan hikmah dari seorang Syech asli kelahiran Gaza, Palestina.
Beliau adalah Syaikh Mu’thasim Billah, Lc., M.Pd., seorang Hafidz Qur’an dan Qori’ Internasional, yang hadir dalam “Safari Dakwah” bertajuk “Hidup Berkah Bersama Al-Qur’an”.
Bekerja dengan Al-Qur’an, Menggapai Haji Tanpa ke Tanah Suci
Acara dimulai, setelah shalat Maghrib berjamaah, Syaikh Mu’thasim membuka majelis dengan suara tenang namun penuh wibawa. Setelah mengucapkan puji dan syukur sertaa sholawat kepada Nabi SAW. Ternyata beliau fasih berbahasa Indonesia sehingga kata-katanya dapat dimengerti oleh para jamaah.
“Saudaraku sekalian,” ujarnya, “kita seringkali mendambakan Baitullah, ingin berhaji, membersihkan diri dari dosa-dosa. Namun, tidak semua dari kita memiliki kesempatan dan kemampuan. Lantas, apakah harapan itu pupus?”
Beliau berhenti sejenak, menatap mata para jamaah. “Tidak! Ada jalan lain, yang tak kalah mulianya: bekerja dengan Allah melalui Al-Qur’an.”
Syaikh Mu’thasim menjelaskan, yaitu dengan membaca, menghafal, dan mengamalkan Al-Qur’an adalah bentuk ibadah yang agung.
Ia adalah ladang pahala tanpa batas. Kuncinya, Ridho! Ridho terhadap setiap takdir Allah, bahkan dalam musibah sekalipun.
“Ketika hati kita lapang menerima ketetapan-Nya, insya Allah, setiap helaan napas, setiap langkah, setiap kesusahan, akan bernilai ibadah di sisi-Nya,” jelas beliau dengan penuh penekanan.
Gaza dan Keteguhan Iman: Bukti Janji Allah
Suasana hening saat Syaikh Mu’thasim mulai bercerita tentang Gaza. Bukan cerita keluh kesah, melainkan kisah tentang keimanan yang teguh.
Inilah kaitanya ridho dengan ketentuan atau ketetapan takdir Allah SWT terhadap warga Gaza yang penuh kesusahan dan penderitaan, jutaan nyawa melayang akibat kekezaman zionis Israel.
“Wahai saudaraku, jangan pernah kalian sangka, mereka yang syahid di jalan Allah itu mati. ” Jangan kau kira Mereka itu mati !, bahkan mereka di sisi Allah, mendapat rezeki yang tak pernah kita bayangkan, ” ucapnya.
Beliau mengibaratkan, “Oleh karenanya mereka sudah ridho dengan takdir Allah, maka seluruh kesusahan yang menimpa Gaza, tak sebanding dengan keindahan sebiji pasir di surga Allah,” katanya.
Ada getaran haru dalam suara beliau saat mengisahkan bagaimana di tengah blokade dan penderitaan.
“Mereka saat ini hanya mencari tepung saja, bahkan mereka tidak mau lagi daging dan buah-buahan, namun ucapan tetap ‘Alhamdulillah’ tak pernah lepas dari bibir mereka. Karena mereka adalah para penghafal Al-Qur’an, walaupun tidak semuanya orang Gaza hapal Al Qur’an,” tambahnya, menyingkap tirai hikmah di balik musibah.
Syaikh Mu’thasim juga berbagi kisah nyata tentang mimpi temannya di Gaza, kemaren saya hubungi teman saya lewat telpon di Gaza, temannya menceritakan, seorang hafiz Al-Qur’an, telah gugur syahid pada 12 Ramadhan saat membagikan bantuan.
“Malam itu, saya bermimpi, kata teman Syaikh Mu’thasim. Sahabat saya datang, dengan wajah berseri, dan berkata, ‘Tenanglah, kamu bersama kami.’ Ini adalah janji Allah, dan kemenangan itu sangat dekat!” katanya.
Menjelaskan mimpi tersebut, Syaikh Mu’thasim Billah, menguatkan dengan ayat yang menyatakan bahwa orang yang mati syahid itu hidup di sisi Allah (pada Surah Ali Imran ayat 169).
Ayat tersebut berbunyi, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu (tetap) hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki”.
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup (di sisi Allah), tetapi kamu tidak menyadarinya.”
Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang yang mati syahid dalam membela agama Allah, tidaklah mati dalam pengertian yang sebenarnya. Mereka tetap hidup dan mendapatkan rezeki di sisi Allah.
Syaikh Mu’thasim Billah, menjelaskan,“ Penjajahan yang kejam selama 22 tahun di Gaza Palestina oleh zionis Israel, insya Allah akan segera berakhir,” ujarnya.
Al-Qur’an: Penawar Kesulitan dan Kunci Keabadian
Syaikh kembali mengingatkan tentang hakikat Al-Qur’an. “Pada Surah Thaha mengajarkan kita, di mana Al-Qur’an itu diturunkan bukan untuk membuat manusia susah. Justru sebaliknya, ia adalah petunjuk, penenang jiwa, dan solusi dari segala kesulitan hidup.”
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
طٰهٰ
Taa Haa. (Ini adalah huruf-huruf tunggal yang maknanya hanya diketahui oleh Allah).
مَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لِتَشْقٰٓىۙ
Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah.
اِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَنْ يَّخْشٰىۙ
Melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).
تَنْزِيْلًا مِّمَّنْ خَلَقَ الْاَرْضَ وَالسَّمٰوٰتِ الْعُلٰىۗ
(Yaitu) diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.
اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى
(Dialah) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas Arasy.
Ceramah kemudian mengalir pada pembahasan tentang kehidupan setelah mati. “Ketika manusia dikuburkan, malaikat akan datang dengan tiga pertanyaan fundamental.
Namun, manusia ada yang tak bisa menjawab, karena mulutnya terkunci oleh perbuatan buruknya di dunia.
” Beliau melanjutkan, “Namun, bagi para Ahlul Qur’an, akan ada jawaban yang datang dari hati. Saat ditanya malaikat, mengapa engkau menyebut Muhammad sebagai Rasulullah, ia akan menjawab, ‘Karena aku membaca Al-Qur’an, (dalam Surah Al-Fath ayat 28-29!), ‘” ujarnya.
dalam Surah Al-Fath ayat 29 yang artinya :
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Dan pemandangan di hari kiamat pun digambarkan, sehingga orang yang di kubur itu meminta memohon agar kiamat disegerakan, karena begitu sangat menderitanya akibat dekat dengan siksa kubur.
“Namun,” Syaikh menegaskan, “bagi Ahlul Qur’an, nanti Allah akan memanggil dengan panggilan secara khusus di hari Kiamat,” ungkapnya.
Karenanya untuk bertemu Nabi Muhammad SAW, karena nabi SAW itu berada di puncak surga yang paling tertinggi, maka Bacalah Al-Qur’an dengan tartil!’ dan derajat surga tertinggi adalah sebanyak ayat Al-Qur’an, 30 juz.
Merajut Mimpi Berjumpa Nabi: Melalui Al-Qur’an dan Sedekah amal jariyah
Lalu, bagaimana kita bisa meraih surga tertinggi untuk berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW? Tanyanya
Syaikh Mu’thasim memberikan resepnya. “Berdoalah melalui Al-Wasilah, doanya seperti doa sesudah adzan, katanya : Ya Allah, Tuhan Pemilik panggilan yang sempurna ini dan shalat yang akan didirikan. Berikanlah kepada Muhammad wasilah (kedudukan yang tinggi) dan fadhilah (keutamaan), serta bangkitkanlah ia pada tempat yang terpuji (maqam mahmud) yang telah Engkau janjikan. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.
“Kita Iingin bertemu Nabi Muhammad SAW yaitu dengan membaca Al-Qur’an dan kalau tidak bisa maka yang lebih mulia lagi, adalah membantu saudara kita yang ingin menghafal Al-Qur’an,” tandasnya.
Beliau menekankan, “Semakin banyak hafalan Al-Qur’an, semakin terang cahaya kubur kita, dan semakin tinggi derajat kita di sisi Allah,” ucapnya
Di akhir ceramah, Syaikh Mu’thasim menyoroti kondisi di pelosok Kalimantan Selatan. “Saya mendengar, di pondok-pondok dan pelosok-pelosok Banua ini, masih banyak kekurangan mushaf Al-Qur’an,” imbuhnya.
Oleh karenanya, Beliau pun mengajak, “Al-Qur’an itu penuh manfaat, tapi agar amal kita sempurna, diterima Allah, maka ia harus didukung dengan sedekah amal jariyah. Mari kita siapkan wakaf terbaik kita untuk membagikan Al-Qur’an, agar cahaya hidayah ini sampai ke seluruh pelosok negeri, ” tutupnya
Pesan mulia pada penutup ceramah Syaikh Mu’thasim ini langsung direspons oleh pihak panitia Badan Wakaf Al Qur’an (BWA).
Di penghujung acara, momen penuh berkah pun tercipta.
Panitia secara khusus menggelar sesi penggalangan dana wakaf Al-Qur’an, mengundang jamaah untuk berpartisipasi langsung dalam amal jariyah ini.
Antusiasme terpancar dari wajah-wajah jamaah untuk menyisihkan sebagian hartanya.
Para jamaah ada yang menyumbang wakaf senilai 3 juta rupiah untuk 20 mushaf Al Qur an. 1,5 juta rupiah untuk 10 mushaf , 750 ribu 5 mushaf, dan yang keempat 500 ribu rupiah untuk 3 mushaf al Qur’an, yang akan disalurkan ke pondok-pondok dan pelosok-pelosok daerah yang membutuhkan, memastikan cahaya Al-Qur’an terus menyinari Bumi Banua.
Untaian hikmah dari bumi Syam, dibungkus dengan untaian hikmah Al-Qur’an, kini menancap dalam hati jamaah Banua, membawa pulang berkah dan tekad untuk “Hidup Berkah Bersama Al-Qur’an.” (Ais/Mzr).
![]()
MediaProspek.com