Jemaah Abah Guru Sekumpul yang datang dari berbagai daerah memadati jalan di Sekumpul Raya. (Foto/mzr)

Jemaah Membludak di Sore Hari, Kemacetan Terjadi di Sepanjang Jalan A Yani KM 26 Samping Bandara

Banjarmasin, mediaprospek.com – Berangkat pukul 15.15 wita dengan menggunakan kendaraan roda saya bersama istri dari Handil Bakti, Kabupaten Barito Kuala (Batola) (4,2 KM dari kota Banjarmasin), pada hari Ahad (14/1/24) menuju acara haulan ke 19 Abah Guru Sekumpul Syech Muhammmad Zaini Abdul Ghani tahun 2024 di Sekumpul Martapura.

 

Karena waktu itu saya anggap jalanan sudah mulai lengang tidak banyak jemaah yang bepergian ke Sekumpul. Eh ternyata justru pada waktu itu banyak juga para jamaah yang turun, tidak seperti tahun sebelumnya, karena jemaah sudah berangkat mulai subuh dan pagi bahkan 2-3 hari sebelumnya.

 

Kami pun jadi terkejut karena semangat, antusias dan banyaknya para jamaah seperti tahun-tahun sebelumnya tetap saja membludak memadati sepanjang jalan A Yani, terutama setelah kecamatan Gambut.

 

Nampak banyak terlihat para petugas relawan Posko BPK membagikan makanan dan minuman gratis dan rest area tempat untuk beristirahat melepaskan lelah dan penat dari perjalanan yang jauh.

 

Inilah keseruan dan keramaian yang terjadi, kebersamaan menuju satu tujuan menghadiri haul Abah Guru Sekumpul untuk mencari ridho Allah dan keberkahan. Ramai-ramai orang bersama memakai kendaraan roda dua dan empat menuju tempat haulan di Sekumpul. Inilah bentuk kecintaan terhadap seorang Waliyyulah Syech Muhammad Zaini Abdul Ghoni Al Banjari.

 

Ratusan ribu jamaah bahkan mungkin jutaan jamaah dari berbagai penjuru daerah datang menghadirinya. Seperti diketahui, banyak jamaah dari Kalsel, Kalteng, Kalbar, Kaltim, Pulau Jawa, Sulawesi dan dari semua daerah seluruh Indonesia bahkan ada dari Mekkah dan Yaman. Satu-satunya haul terbesar di seluruh Indonesia ada di Martapura Kalsel. Kharisma Abah Guru Sekumpul sangat dikenal dan mengandung magnet yang sangat besar.

 

Kepadatan dan kemacetan arus lalu lintas dalam perjalanan pun tidak bisa dihindari, saat para jamaah melihat beberapa relawan rest area yang membagikan makanan ringan berupa snack dan air mineral serta beberapa kue lainnya. Ada yang langsung memakannnya. Di sepanjang jalan A. Yani Banjarmasin – Martapura mungkin ada sekitar 30 titik lebih Posko rest area, belum lagi rest area daerah Hulu Sungai bagi jemaah haul Abah Guru Sekumpul. Kepadatan arus lalu lintas juga terjadi di wilayah ini.

 

Para jamaah ada yang singgah untuk mencicipinya sambil melepas rasa penat dan lelah. Saya pun ingin merasakan sensasi untuk menerima pemberian dari para dermawan dan relawan ini untuk bekal malam setelah pulang haulan.

 

Hitung-hitung buat bekal malam saat pulang dari haulan, walaupun ada rest area yang saya lihat yang menyediakannya untuk waktu malam. Ada rasa haru ketika saya mengambil pemberian mereka yang tulus. “Mudahan mereka yang bertugas sebagai relawan dan para dermawan dan masyarakat Kalsel yang melayani jemaah mendapatkan pahala yang sebanyak-banyaknya dari Allah SWT. Aamiin.

 

Di sini dalam perjalanan dari mereka yang membagikan makanan, saya melihat ada sepasang suami istri yang memakai kendaraan roda dua membagikan banyaknya nasi bungkus, saya pun memintanya. Biasanya mereka yang membagikan nasi bungkus atau makanan ringan orang memakai mobil. Mungkin yang lain sering melihat namun saya baru kali ini saya lihat.

 

Saya lihat di kendaraannya ada dua plastik besar berisi puluhan nasi bungkus yang siap dibagikan. Saya merasa salut terhadap pasangan suami istri ini dengan apa adanya mereka beramal, memuliakan jamaah haul Abah Guru Sekumpul.

 

Melanjutkan perjalanan, saya pun ingin mencari snack lagi di beberapa posko dan rest area dan akhirnya saya dapatkan, ah cukup, untuk kenyang kata saya untuk bekal malam.

 

Di daerah Gambut KM 14 saya membeli nasi itik gambut dua bungkus untuk makan sore jelang magrib, karena saya pikir kalau mengharap mendapatkan nasi bungkus di perjalanan agak sulit karena belum tentu ada dan waktu sudah menjelang magrib. Namun akhirnya tak sempat makan juga karena dalam perjalanan padat merayap dan memasuki jalan-jalan tembus ke Sekumpul hingga dekat waktu sholat magrib.

 

Beberapa posko dan rest area pun ada yang sudah tutup, namun para petugas relawannya masih ada yang siap stand by berjaga-jaga untuk membantu para jamaah, jika para jamaah memerlukan bantuan dan pertolongan dalam masalah perjalanan.

 

Di KM 20 kepadatan mulai terjadi kemacetan karena banyaknya para kendaraan roda dua dan roda empat para jamaah yang sudah memadati jalan A Yani ini. Kendaraan pun mulai melambat merayap hingga kaki saya harus menyentuh jalan karena saking padatnya kendaraan.

 

Sesampainya di Asrama haji saya putuskan untuk mencari jalan tembus menuju jalan Trikora. Saya pun menyeberang dan benar, saya dapatkan jalan pintas menuju jalan Trikora, namun ternyata para jamaah banyak juga yang menggunakan jalan Trikora ini. Waduh bisa macet lagi guman saya. Namun kepadatannya tidak terlalu parah seperti jalan di samping Bandara Syamsuddin Noor.

 

Berkat arahan para relawan hingga sampai ke tujuan pukul 18.20 Wita jelang magrib, namun jemaah ternyata sudah memadati halaman rumah para masyarakat sekitar, jalanan dan beberapa langgar dekat Sekumpul Raya ini, hingga kami pun kebingungan ke mana harus mencari tempat walau akhirnya pun dapat juga, langsung meletakkan sejadah untuk sholat magrib berjamaah.

 

Saya sempat berkenalan dengan jemaah di samping. Anak muda berasal dari Kota Ampah Kalteng bernama Zirin, Ia mengatakan Ia bersama rombongan enam orang termasuk istrinya, “Ini yang pertama” katanya. Di muka saya jemaah asal kota Batulicin, Tanbu. Ada cerita seorangg jemaah yang dulunya sering pakai mobil sekarang hanya pakai kendaraan roda dua saja, kami sudah pengalaman, macet, katanya.

 

Beberapa menit duduk sejenak terdengar adzan sholat magrib, para jemaah sholat magrib berjamaah mengikuti suara live layar Sekumpul. Setelah pembacaan wirid dan berdoa, Simtut Durror Al Habsyi pun dibacakan sebagai tanda dimulai acara haul. Ada Syair yang saya kenal seperti Hubbiri, Ya Imamar Rusli dan Thola al Badru Alaina yang sering dibacakan Abah Guru Sekumpul.

 

Setelah pelaksanaan haul langsung sholat Isya berjamaah hingga pembacaan doa selesai, para jemaah pun membubarkan diri dengan tertib. Karena saya mulai sore sampai Isya tidak makan, perut pun mulai keroncongan dan saya pun harus mengisi perut ini untuk perjalanan pulang ke rumah. Makan dengan sekenyang-kenyangnya, dua porsi nasi bungkus, biar nggak masuk angin. Karena ada juga jemaah yang pulang hujan-hujanan dari haul Sekumpul badan meriang muntah-muntah karena masuk angin.

 

Setelah makan dan istirahat hampir setengah jam, para jemaah tidak juga surut berlalu di jalanan, sampai pukul 22.00 wita, akhirnya saya memutuskan untuk pulang. Memasuki jalan-jalan di perumahan Sekumpul Raya yang berbelok-belok akhirnya sampai juga ke jalan Trikora dan para jemaah menumpuk di jalan ini, jalan kendaraan pun kembali melambat padat merayap.

 

Nampak saat itu hujan gerimis datang mulai membasahi pakaian, para jemaah sebagian banyak yang berteduh, saya pakai jas hujan yang tersimpan di dalam jok kendaraan sembari terus melanjutkan perjalanan bersama jemaah lainnya. Masih tampak ramai konvoi kendaraan jemaah yang menuju Banjarmasin ini.

 

Para jemaah yang diarahkan ke jalan Trikora  diarahkan lagi sampai ke jalan Lingkar Basirih (jalan Gubernur Soebardjo). Di tengah perjalanan saya sempat beristirahat sejenak, jauh sekali guman saya, dibanding jemaah yang membanjiri di jalan A. Yani menuju Banjarmasin lebih dekat. Walau maksud pengarahan lalu lintas ini baik untuk mengurai kemacetan, tapi ini sangat luar biasa jauhnya, untungnya masih ramai konvoi jemaah yang pulang bersamaan jadi ada kawan dalam kesunyian jalan.

 

Bersama para jemaah yang cukup banyak menjalani jalan Lingkar Basirih ini, di tengah perjalanan saya merasa aneh karena ada melihat perempuan yang cukup cantik seorang diri melawan arus memakai kendaraan roda dua berjalan di pinggir tanah yang becek tidak beraspal. Saya bingung perempuan itu datang dari mana, karena tempat itu sepi dan tidak ada rumah penduduk dan yang ada cuma bangunan perusahaan-perusahaan. “Ah mungkin orang berbalik arah saja, ah sudahlah yang penting tancap gas terus, ” guman saya.

 

Sesampainya di jembatan kembar Basirih Trisakti Banjarmasin selama perjalanan jas hujan sudah basah karena hujan yang cukup deras, padahal memakai jas hujan sudah dua lapis. Saya menembus jalan ke jalan Cempaka dan Gunung Sari.

 

Hujan dan sepi pun masih menemani selama dalam perjalanan karena jemaah sudah jauh saya tinggalkan, hingga ke jalan R. Suprapto, S. Parman kami kembali bertemu dengan para jemaah yang datang melalui jalan A. Yani hingga jalan Trans Kalimantan Handil Bakti. “Ada teman pulang lagi, Alhamdulillah tidak kesunyian di jalan.

 

Sesampainya di rumah Handil Bakti pada pada pukul 12.40 wita, saya pun mengeluarkan semua bawaan makanan yang didapat dan minta bikinkan teh panas sama istri dan makan lagi supaya jangan masuk angin habis hujan-hujanan di dalam perjalanan yang sangat jauh. Sambil menghidupi TV dan memonitor wa group, pukul 02.30 wita tetangga di muka rumah yang punya mobil juga datang dari Sekumpul.

 

Semoga dengan haulan Abah Guru Sekumpul semua yang hadir dan semua yang mendoakan kelancaraan haul, Kalimantan Selatan mendapat semua keberkahan, Aamin, Aamin Aamin Ya Rabbal Alamin. (Ais/Mzr).

Loading

Check Also

Pelanggan PLN Wajib Tahu Soal Denda Bila Bayar Listrik Setelah Tanggal 21

Mediaprospek.com – Sebagaimana peraturan yang berlaku, tentu pengguna listrik pascabayar yang terlambat membayar tagihan listriknya …