Foto: Ilustrasi ; Fauzan Kamil/detikcom

Ini Kisah Keislaman Umar bin Khattab, Ternyata Ini Penyebabnya

Jakarta, Mediaprospek.com – Sebagaimana diketahui khususnya umat muslim, salahsatu sahabat Rasulullah SAW yakni Umar bin Khattab adalah orang yang keras dan sangat menentang Islam bahkan dia bahkan pernah berniat membunuh.

Berdasarkan dari cukilan buku The Great of Two Umars oleh Fuad Abdurrahman, dijelaskan Umar adalah orang yang sangat prihatin melihat permusuhan antara penduduk Makkah yang masih musyrik dengan umat Islam pengikut Nabi Muhammad.

Kondisi ini mendorongnya bertindak dengan jalan mengikis sumber penyebab perpecahan tersebut, dalam kata lain mengusir Nabi Muhammad.

Suatu hari, Umar berjalan terburu-buru ke rumah Al-Arqam. Tampak jelas di matanya kemarahan yang besar.

Tangan kanannya menggenggam sebilah pedang dan di tengah perjalanan, ia berpapasan dengan Nuaim ibn Abdullah dari Bani Zuhrah.

Nuaim memperhatikan muka Umar yang beringas lalu bertanya, “Hendak ke mana engkau, wahai Umar?” tanya Nuaim.

“Rasanya aku belum pernah melihat engkau begitu marah dengan menghunus pedang seperti ini.”

“Aku hendak menghabisi Muhammad yang telah memecah-belah persatuan Quraisy, menganggap bodoh para pemuka mereka, menghina keyakinan mereka dan telah mencaci-maki tuhan-tuhan mereka,” jawab Umar.

Mendengar jawaban Umar yang penuh emosi itu, Nu’aim segera menukas, “Demi Allah, kalau begitu, sungguh engkau telah ditipu nafsumu sendiri.”

“Apakah engkau kira Bani Abdu Manaf akan membiarkanmu berjalan di muka bumi dengan tenang setelah engkau membunuh Muhammad? Mengapa engkau tidak kembali saja kepada keluargamu sendiri dan membereskan mereka terlebih dahulu?”

“Apa maksudmu? Apakah engkau juga sudah meninggalkan agama kita dan memeluk agama Muhammad? Lalu, ada apa dengan keluargaku?” Umar balik bertanya.

“Wahai Umar ujar Nuaim, “maukah engkau kutunjukkan hal yang aneh?”

“Ipar sekaligus sepupumu, Said ibn Zaid, dan adik perempuanmu, Fatimah, mereka telah memeluk Islam dan menjadi pengikut Muhammad! Kurasa lebih baik jika engkau mengurus saudaramu sendiri!”

Perkataan yang dilontarkan Nuaim ini menambah kemarahannya. Darahnya bagai mendidih. “Apakah benar mereka berdua telah melakukannya? Jika semua itu benar, pasti mereka akan ku bunuh dengan cara amat keji!” bisik Umar dalam hati.

Umar segera mengalihkan tujuannya dan pergi ke rumah adiknya dengan gejolak amarah yang tidak bisa ditahannya lagi.

Sesampainya di pintu rumah Fatimah dan hendak masuk, ia mendengar alunan bacaan yang tidak dikenalnya. Setelah mendengarkan sebentar, dia pun masuk dan berteriak memanggil sang adik.

Saat itu, Khabbab ibn al-Arat sedang berada di dekat Fatimah dan Said tengah membacakan beberapa ayat Al-Qur’an dengan disimak oleh mereka berdua.

Ketika mereka mendengar teriakan Umar, Khabbab segera bersembunyi di salah satu sudut rumah, sedangkan Fatimah mengambil lembaran Al-Qur’an yang disimaknya tadi dan menyembunyikannya di balik lengan bajunya agar tidak diketahui Umar.

Umar masuk dan bertanya, “Suara apakah yang kudengar tadi?”

“Engkau tidak mendengar apa-apa” jawab Fatimah.

“Aku dengar kalian berdua telah menjadi pengikut agama Muhammad lanjut Umar.”

Setelah berkata demikian, Umar langsung menyerang iparnya, Zaid ibn Said dan menghajarnya. Fatimah kemudian bangkit untuk menolong suaminya dan berdiri di antara suaminya dan Umar yang sedang marah.

Akan tetapi, ia juga tidak luput dari amarah Umar. Umar menampar wajah Fatimah dengan keras hingga berdarah.

Setelah diperlakukan demikian, mereka kemudian berkata, “Benar, kami telah memeluk Islam dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sekarang lakukanlah apa saja yang kau sukai! Islam tidak akan pernah pudar dari hati kami.”

Melihat darah mengalir dari wajah adiknya, Umar merasa menyesal lalu berkata, “Berikan kepadaku lembaran yang kamu baca tadi agar aku bisa mengetahui apa yang sebenarnya dibawa Muhammad.”

“Kami takut engkau akan merusaknya,” jawab Fatimah. “Jangan takut! Aku bersumpah akan mengembalikannya bila aku sudah selesai membacanya,” Umar meyakinkan.

Ucapan Umar menimbulkan keinginan Fatimah agar kakaknya mau memeluk Islam. la berkata, “Wahai saudaraku, sesungguhnya engkau masih najis karena kesyirikanmu dan lembaran itu tidak boleh disentuh kecuali oleh orang yang suci!”

Umar lalu bangkit membersihkan diri dengan mandi. Setelah itu, barulah Fatimah memberikan lembaran mushaf Al-Qur’an. Pada lembaran itu, Umar membaca surah Thaha.

Ketika sampai pada ayat ke-14 yang berbunyi,

إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدْنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىٓ

Artinya: Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.

Membaca ayat ini, Umar kemudian berkata, “Alangkah indah dan mulianya bacaan ini!”

Setelah mendengar ucapan Umar, Khabbab yang sedari tadi sembunyi, keluar dari persembunyiannya, lalu berkata kepada Umar, “Wahai Umar, sungguh aku berharap engkaulah orang yang diistimewakan Allah karena kemarin aku mendengar Rasulullah berdoa, “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan salah satu dari dua orang laki-laki yang paling Engkau cintai di antara keduanya: Umar ibn al-Khathab atau Amr ibn Hisyam: Kini, Allah telah memilihmu, wahai Umar.”

Mendengar ucapan ini, Umar langsung meminta untuk dipertemukan dengan Nabi Muhammad SAW.

“Wahai Khabbab, kalau begitu bawalah aku kepada Muhammad hingga aku bisa menerimanya dan aku akan memeluk Islam” ujar Umar.

Umar keluar dari rumah adiknya menuju tempat yang ditunjukkan Khabbab untuk menemui Rasulullah dan sahabatnya. Ia menuju rumah al-Arqam ibn Abil Arqam.

Rumah inilah yang dijadikan tempat oleh beliau dan beberapa sahabatnya untuk melakukan dzikir dan beribadah kepada Allah.

Kali ini, Umar datang ke sana bukan untuk mencelakai Nabi Muhammad dan menghentikan dakwah Islam, melainkan untuk memeluk Islam dan ikut bergabung dalam kelompok orang-orang yang beriman.

Beberapa sahabat yang berada di dekat pintu kaget dan terkejut dengan kedatangan Umar. Mereka segera melapor ke pada Rasulullah.

Hamzah, paman Nabi, berkata, “Bukalah pintu! Jika Tuhan menghendaki kebaikan dan Islam bagi Umar, kita sambut dia. Itulah yang kita harapkan. Namun, jika Allah menghendaki yang sebaliknya, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri!”

Rasulullah lalu keluar menyambut Umar. Beliau memegang baju Umar dan menariknya keras-keras seraya berkata, “Wahai Umar, apa maksud kedatanganmu? Engkau memang tidak akan berhenti sebelum Allah menimpakan bencana atas dirimu!”

Dengan suara terputus-putus dan gemetar, Umar menjawab, “Ya Rasulullah, aku datang untuk menyatakan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya!”

Jawaban Umar itu disambut takbir oleh Rasulullah. Mendengar Rasul bertakbir, semua yang hadir di tempat itu mengerti bahwa Umar memeluk Islam.

Mereka pun bertakbir hingga suaranya terdengar orang yang berada di Masjidil Haram. Mereka juga merasa gembira dan memanjatkan puji syukur kepada Allah.

Umar kemudian menjadi salah satu sahabat Rasulullah SAW yang paling setia. Sepeninggal Rasulullah SAW, Umar kemudian menjadi Khalifah ke-2 setelah Abu Bakar ash Shidiq.

(mzr/dtc)

Loading

Check Also

Sore Ini Australia Vs Indonesia di Piala Dunia 2026, Irvine Sebut Timnya Optimis Menang

Jakarta, Mediaprospek.com – Meskipun pemain Australia Jackson Irvine tak menampik hasil-hasil timnya belakangan kurang mantap, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *