Gaza, Mediaprospek.com – Akibat blokade yang dilakukan Israel di wilayah Utara Gaza, maka dua rumah sakit di Palestina tak bisa beroperasi untuk menampung korban perang Israel dan Hamas.
Sebagaimana dilansir dari Reuters, Senin (13/11/2023), pasukan Israel beralasan mereka sedang memburu militan Hamas.
Rumah sakit terbesar pertama dan kedua di Gaza, Al Shifa dan Al-Quds, mengatakan mereka menghentikan operasinya.
“Anak saya terluka dan tidak ada satu pun rumah sakit yang bisa saya bawa sehingga dia bisa mendapatkan jahitan,” kata Ahmed al-Kahlout, yang melarikan diri ke selatan sesuai dengan saran Israel karena khawatir tidak ada tempat yang aman di Gaza.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah berhasil memulihkan komunikasi dengan para profesional kesehatan di Shifa, kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dia menambahkan bahwa situasinya “mengerikan dan berbahaya” dengan tembakan dan pemboman yang terus-menerus memperburuk keadaan yang sudah kritis.
Tragisnya, jumlah kematian pasien meningkat secara signifikan, katanya dalam postingan di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. “Sayangnya, rumah sakit tersebut tidak lagi berfungsi sebagai rumah sakit.”
Perang Hamas vs Israel membuat 50.000 warga Palestina meninggalkan wilayah Kota Gaza pada Rabu (8/11/2023). Mereka mengungsi ke wilayah Selatan Palestina.(Mohammed Salem/Reuters)
Nenek Alami Nakba Kedua
Sementara itu, seorang nenek berusia 90 tahun tidak menyangka harus kembali mengungsi akibat serangan Israel di wilayah Gaza utara. Dia penyintas peristiwa Nakba 1948.
Dalam video yang diposting Aljazeera, ditunjukkan seorang perempuan renta berjalan kaki dan dituntun oleh pria dan wanita yang berusia lebih muda. Mereka berjalan bersama ribuan warga Palestina ke Gaza selatan, ke arah perbatasan Mesir, yang berjarak sekitar 5 km.
Dalam keterangan video itu dituliskan nenek itu adalah sosok yang berhasil selamat dalam peristiwa Nakba pada 1948. Ketika itu, dia masih berusia 15 tahun.
Mengutip DW, Nakba berasal dari kata al-Nakba dan berarti malapetaka. Peristiwa itu mengacu kepada warga Palestina yang kehilangan tanah air selama dan setelah perang Arab-Israel 1948.
Istilah Hari Nakba dicetuskan pada 1998 oleh pimpinan Palestina saat itu, Yasser Arafat.
PerangHamas dan Israel kali ini juga disebut-sebut sebagai Nakba kedua. Warga Palestina di Tepi Barat terusir dari rumah mereka akibat agresi Israel yang kian parah di wilayah tersebut. Banyak pihak yang menyebut serangan itu sebagai genosida dan telah menewaskan lebih dari 10 ribu orang.
Selain nenek tersebut, dalam video itu juga diungkap warga sipil lainnya, perempuan, anak-anak, tua dan muda, menuju Gaza wilayah selatan.
“Dia baru lahir pukul 06.30 hari ini dan pukul 09.00, dia dan ibunya yang belum beristirahat harus berjalan meninggalkan Gaza,” ujar salah satu warga bernama Umm Hussein, salah satu warga berjalan dalam rombongan tersebut.
Militer Israel melaporkan sebanyak 100 ribu orang telah berpindah ke selatan dalam dua hari. Aktivis hak asasi manusia Israel Ofer Neiman mengatakan pemindahan paksa warga Palestina dari utara ke selatan Jalur Gaza oleh tentara Israel adalah langkah pertama pembersihan etnis.
“Kami juga melihat bahwa bagian selatan Gaza tidak aman bagi warga Palestina. Kami juga menyaksikan serangan dan pemboman tentara Israel terhadap warga Palestina di sana,” ujarnya.
(mzr/dtc)