Karawang, mediaprospek.com – Ada rasa takjub bagi para jurnalis ekonomi Banjarmasin saat melihat begitu banyaknya uang kertas rupiah yang dicetak setiap hari di Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri), di kota Karawang, Provinsi Jawa Barat.
Hal tersebut terungkap usai Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan (KPw BI Kalsel) menggelar pelatihan jurnalistik di kota Bandung, Ahad (14/5/23) dan besok harinya mengajak para jurnalis untuk melihat proses pencetakan uang mulai dari pecahan Rp1000,- sampai Rp100.000, Senin (15/05/23).
Kegiatan tersebut terangkum dalam rangkaian acara peningkatan kafasitas para jurnalis (capacity building) untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pencetakan dan pendistribusian uang kertas rupiah di Indonesia.
Bertolak mulai dari kota Bandung pukul 07.30 WIB dua buah bus membawa rombongan jurnalis ke kantor Perum Peruri dengan waktu tempuh selama hampir 2 jam dengan panjang perjalanan kurang lebih 100 Km. Sesampai di sana rombongan diterima oleh Karyawan dan petugas dan diberikan kartu (ID Card) selaku tamu yang berkunjung. Kartu ini bukan kartu biasa, ia berfungsi agar bisa membuka pagar besi yang terkunci secara digital yang juga dijaga oleh petugas khusus.
Para jurnalis Banjarmasin diterima oleh Asisten Direktur Kelompok Data Sistem Informasi Edukasi Kerjasama dan Penanggulangan Uang Palsu Bank Indonesia, Hilda Erika, Kepala SBU Uang RI, Fadel, dari KPw BI Kalsel, Deputi Direktur, – Kepala Divisi Impelementasi SP-PUR MI, Robi Ariadi, dari KPw BI provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Asisten Direktur – Kepala Tim Implementasi Kebijakan dan Pengawasan SPPUR, Surya Alamsyah, karena di sini juga hadir para guru dari Dinas Pendidikan provinsi Sumatera Barat. Serta pembawa materi Cinta Bangga Paham Rupiah, Adila Luthfiana, selaku asisten manajer kelompok data sistem informasi edukasi kerjasama dan penanggulangan uang palsu Bank Indonesia
Sebelum memasuki ruang gedung pencetakan uang, rombongan jurnalis diberikan materi penyegaran mengenai cinta, faham dan bangga terhadap uang rupiah dari Bank Indonesia perwakilan Jawa Barat dan dari Perum Peruri memberikan materi mengenai tugas dan fungsi Perum Peruri itu sendiri yaitu khusus dalam pencetakan uang kertas rupiah.
Usai paparan materi, para jurnalis pun dipersilahkan menuju gedung pencetakan uang melalui pintu besi yang terkunci secara digital tadi dan disambut oleh petugas yang khusus memberikan informasi mengenai proses pencetakan uang. Sebelumnya para jurnalis diminta agar tidak mengambil gambar dalam gedung pencetakan uang sehingga tidak diperbolehkan membawa hp atau tustel. Hal ini tentunya dimaksudkan untuk menjaga keamanan dan kerahasiaan perusahaan Badan Usaha Milik Negara tersebut.
Adapun proses pembuatan uang kertas dimulai dari engraving yaitu proses pembuatan desain dan gambar baku. Proses tersebut dilakukan oleh Peruri dengan rekomendasi gambar yang diberikan BI. Untuk membuat kertas ini memerlukan waktu 2 sampai 3 bulan, karena gambar yang ada diproses itu bukan gambar sembarangan, namun gambar yang dibuat dari garis-garis murni yang dibuat menggunakan komputer.
Setelah itu melalui offset printing, yaitu proses mencetak, di kedua belah sisi uang kertas dengan warna dasar uang tersebut. Setelah offset printing, dilanjutkan proses intaglio printing, yang mana merupakan proses penyempurnaan dari offset printing. Di sini, mesin salah satunya akan mencetak warna hologram pada uang.
Proses intaglio printing lebih rumit dari offset printing, karena satu kali mesin berjalan hanya bisa mencetak satu sisi uang kertas, berbeda dengan offset yang bisa mengerjakan dua sisi sekaligus. Intaglio ini 2 kali offset. Dua proses tersebut tak bisa dilakukan simultan. Karena harus menunggu tinta kering agar warna tidak pudar atau kotor.
Setelah proses tersebut, pencetakan uang berlanjut ke proses penyimpanan dan inspeksi. Dalam proses inspeksi ini akan diketahui mana uang yang layak edar ataupun yang tidak. Yang tidak layak edar biasanya karena tinta tidak rata, pewarnaan tidak sempurna ataupun kertas yang terlipat. Uang-uang tersebut akan ditandai dan dibolongi agar tak beredar.
“Rata-rata yang gagal itu 10%,” kata salah satu petugas yang malayani kami.
Setelah itu, proses selanjutnya adalah proses numbering atau pemberian nomor pada uang yang telah dicetak, kemudian kembali lagi dilakukan inspeksi, manakala ada uang-uang yang salah cetak nomor seri.
Uang kertas yang melalui proses tersebut masih berupa bilyet dengan cetakan dalam kertas besar, kira-kira sebesar dua halaman koran, atau 45 lembar uang kertas.
Setelah proses tersebut, barulah uang-uang yang masih dalam bentuk lembaran kertas besar itu dipotong-potong menggunakan mesin dan disusun dan di-pack. “Lalu setelah itu manual finishing dan packaging,” katanya.
Manual finishing dilakukan karyawan Peruri yang mana bertugas untuk memeriksa, menyusun, dan menumpuk uang-uang kertas tersebut agar siap dikirim ke BI, termasuk uang-uang yang gagal tadi. Dari keseluruhan, butuh waktu hingga 6 hari untuk menyelesaikan prosesnnya.
Bahan baku berupa kertas khusus yang hanya diperoleh dari BI. Sehingga cetakan uang tak bisa ditambah atau dikurangi. Oleh karena itu, uang yang gagal produksi pun harus dikirimkan ke BI. (Mzr/finance.detik.com)