Mediaprospek.com – Tradisi mudik menjelang Hari Raya Idul Fitri bagi masyarakat Indonesia khususnya, sudah menjadi hal yang biasa. Hanya saja pada tahun ini jumlah pemudik diperkirakan akan melonjak tajam lantaran sudah terbebas dari aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Lonjakan pemudik dapat memicu kemacetan di sejumlah titik pada arus mudik yang diperkirakan terjadi pada 18-21 April 2023. Kemacetan memicu kelelahan dan rasa kantuk bagi para pemudik, khususnya bagi pengemudi.
Kelelahan dan rasa kantuk dapat memicu microsleep atau episode tidur yang pendek dan hanya berdurasi dalam hitungan detik. Pakar tidur dari RS Mitra Kemayoran dr Andreas Prasadja menyebut, microsleep dapat memicu kecelakaan yang mengancam jiwa.
“Sekali lagi kalau udah yang namanya microsleep yaudah terlambat. Itu kecelakaan terjadi. Sudah fatal,” ungkap dr Ade, sapaannya, ketika dihubungi detikcom, Selasa (18/4/2023).
Ketika seseorang mengalami microsleep, mata seseorang terlihat berjaga. Namun, sebagian otaknya dalam posisi tertidur sehingga bak mengemudi menggunakan autopilot.
Alih-alih tidur, sebagian pengemudi memilih untuk mengonsumsi minuman berkafein seperti kopi untuk menghilangkan rasa kantuknya. Selain tidak bisa dilakukan karena sedang puasa, dr Ade menyebut minum kopi bukanlah cara efektif untuk mengatasi rasa kantuk.
“Ingat, kafein itu bukan anti-ngantuk ya. Anti-ngantuk dalam arti ya kalau kita minum kopi, lebih melek, ya kan? Tetapi otak yang sudah lelah tak mungkin terbantukan,” kata dr Ade.
Menurut dr Ade, seseorang membutuhkan konsentrasi, kewaspadaan, serta kemampuan refleks yang baik ketika mengemudi. Ketika mengantuk, respons-respons yang dibutuhkan tubuh ketika mengemudi menurun secara drastis.
“Jadi kafein bikin melek aja, tapi untuk kemampuan konsentrasi, kewaspadaan, dan respons-responsnya itu tetap buruk,” pungkas dr Ade.
Satu-satunya cara untuk mengatasi rasa kantuk, menurut dr Ade adalah tidur. Tidak ada cara lain yang lebih efektif.
Bagi yang tidak puasa, dr Ade menyarankan cara ampuh untuk mengatasi rasa kantuk yakni dengan ‘Nap-a-Latte’. Caranya, pengemudi harus mengunjungi rest area untuk take a nap alias tidur singkat, lalu dibarengi dengan minum kopi dulu sebelumnya.
“Silakan ngopi. Habis ngopi, terus tidur, 15 menit, 20 menit, setengah jam, tidur aja sepuasnya,” ujar dr Ade.
“Begitu bangun, kita sudah mendapatkan manfaat dari tidurnya, konsentrasinya kembali, kewaspadaan respons refleknya kembali,” lanjutnya.
Menurut dr Ade, efek kafein itu mulai bekerja setelah 30 menit dikonsumsi. ‘Nap-a-Latte’ memberikan pengemudi ‘double shot’ yakni efek lebih ‘melek’ karena habis tidur dan sekaligus efek kafein yang memang baru bekerja sekitar 30 menit setelahnya.
(mzr/dtc)