Ketua PWI Kalsel Ir. Zainal Helmie (Paling kanan memakai baju putih dan masker putih)
Banjarmasin, mediaprospek.com—Keberadaan Masyarakat dan Pers Pemantau Pemilu (Mappilu) sudah ada terbentuk sejak tahun 2003. Tetapi karena dari PWI Pusat saat itu ke pengurusannya terjadi kevakuman, yang akhirnya di daerah juga vakum.
Ketua PWI Kalsel Ir. Zainal Helmie, mengatakan, saat ini mulai tahun 2019 dan 2020 Mappilu telah diaktifkan kembali, selanjutnya PWI Kalsel akan segera membentuk kepengurusannya. Karena kepengurusan bukan hanya dari wartawan saja, tapi juga melibatkan masyarakat. Masyarakat itu bisa seperti Dosen, Praktisi, Tokoh Masyarakat, namun yang penting tidak terkait dengan partai. Misalnya kalau wartawan pendukung tim sukses, tidak boleh masuk dalam Mappilu. Sehingga bersih dari kegiatan-kegiatan kepartaian maupun tim sukses. “Itu akan kita bentuk, mudah-mudahan dalam minggu ini nama-namanya bisa kita sampaikan ke PWI Pusat,” ujarnya. Senin, (14/09/2020), usai seminar sehari di gedung PWI Kalsel Banjarmasin, dengan mengangkat tema” Peran Pers Mengawal Pemilu yang Bermartabat”.
Helmie sapaan akrab Ketua PWI Kalsel ini, memaparkan, Mappilu tugasnya akan mengedukasi wartawan dalam hal peliputan. Pertama, dalam meliput untuk kesehatan, terus meliput sesuai kaidah kode etik. Soal terjadi kecurangan nanti di Pilkada, menurutnya, hendaknya dilaporkan kepada Bawaslu. “Karena kita sulit dalam melakukan pemberitaan tanpa dukungan dari teman-teman Bawaslu. Saya fikir itu yang sangat penting,” katanya.
“Selanjutnya, ternyata tadi menurut Bang Atal dalam sambutannya (Ketua PWI Pusat) di Kalsel ini jika menyelenggarakan event besar seperti Hari Pers Nasional (HPN), sukses luar biasa penanganannya. Yang kedua, kegiatan seminar ini memang ada program PWI, Mappilu namanya. Saya pikir sesuai dengan kondisi kita saat ini menghadapi Pilkada dalam masa pandemi,” tandas Helmie.
Selain itu, Helmie menjelaskan, PWI Kalsel progresnya bukan hanya untuk kegiatan-kegiatan pendidikan, tetapi juga menyiapkan rumah masa depan. “Dalam minggu ini kita ada alkah PWI di Landasan Ulin. Kalau Zaman Pa Rusdi sudah menyiapkan komplek-komplek perumahan wartawan. Zaman Pa Fathur kita menyiapkan 5 (lima) hektar tanah di Jejangkit yang sudah dibagikan di tahun 2019, sudah 380 wartawan yang dapat sertifikat tanahnya dari program Prona, gratis semuanya,” sebut Helmie.
“Di tahun ini saya memprogramkan untuk rumah masa depan, walaupun hanya 102 lubang, tapi paling tidak kita mulai tahun 2020 ini. Mudah-mudahan tahun-tahun berikutnya bisa kita tambah menjadi 500 lubang, mudah-mudahan,” harapnya.
“Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada Bang Atal atas kehadirannya, luar biasa apresiasinya. Walaupun beberapa kali telah berkomunikasi, saya katakan kita masih zona merah, tapi dalam minggu ini luar biasa, kita Banjarmasin sudah melandai kasus Covidnya, makanya saya berani mengontak Pa Atal, kemudian koordinasi dengan Pa Gubernur,” sebut Helmie.
“Saya juga berterimakasih dengan Pemprov Kalsel, Pa Gubernur atas dukungan kegiatan untuk PWI, khusunya HPN yang harusnya di Sumatera Utara dan Papua. Tapi ternyata pada menit-menit terakhir di bulan Agustus mereka mengundurkan diri. Saya lapor dengan Pa Gubernur, kata Pa Gubernur ini kegiatan yang bagus harus diambil, lalu saya laporkan dengan Pa Atal, ternyata HPN di Kalsel menurut bang Atal sangat sukses. Dan tidak lupa juga terimakasih atas bantuan dan dukungan semua pihak terhadap PWI maupun media,” ungkapnya. (Ais/Mzr)